Who make this Blog ?

Senin, 28 Mei 2012

Christianity

The Ascension, by Dosso Dossi, 16th century. Many ascension scenes have an upper (Heavenly) and a lower (earthly) part.
Traditionally, Christianity has taught "Heaven" as a place of eternal life and the dwelling place of the Angels and the Throne of God, and a kingdom to which all the elect will be admitted. In most forms of Christianity, belief in the afterlife is professed in the major Creeds, such as the Nicene Creed, which states: "We look for the resurrection of the dead, and the life of the world to come." In Biblical forms of Christianity, concepts about the future "Kingdom of Heaven" are also professed in several scriptural prophecies of the new (or renewed) Earth said to follow the resurrection of the dead—particularly the books of Isaiah and Revelation. The resurrected Jesus is said to have ascended to heaven where he now sits at the Right Hand of God and will return to earth in the Second Coming. Mary, his mother, is also said to have been assumed into heaven and is titled the Queen of Heaven. Many also believe Elijah and Enoch were taken into heaven. Revelation 12:7-9 speaks of a War in Heaven between Michael the Archangel and his angels against the Dragon and his angels, which the Dragon and his angels lost and thus they were "thrown down to the earth", and though the term is not used in the text, they are generally referred to as the fallen angels. In the 2nd century AD, Irenaeus (a Greek bishop) wrote that not all who are saved would merit an abode in Heaven itself.One popular medieval view of Heaven was that it existed as a physical place above the clouds and that God and the Angels were physically above, watching over man. The ancient concept of "Heaven" as a synonym for "skies" or "space" is also evident in allusions to the stars as "lights shining through from heaven", and the like.
The term Heaven is applied by the Bible to the realm in which God currently resides. Eternal life, by contrast, occurs in a renewed, unspoilt and perfect creation, which can be termed Heaven since God will choose to dwell there permanently with his people, as seen in Revelation 21:3. That there will no longer be any separation between God and man. The believers themselves will exist in incorruptible, resurrected and new bodies; there will be no sickness, no death and no tears. Some teach that death itself is not a natural part of life, but was allowed to happen after Adam and Eve disobeyed God (see Original Sin) so that mankind would not live forever in a state of sin and thus a state of separation from God.[25][26][27]
Not only will the believers spend eternity with God, they will also spend it with each other. John's vision recorded in Revelation describes a New Jerusalem which comes from Heaven to the New Earth, which is generally seen to be a symbolic reference to the people of God living in community with one another; in a number of sects this is taken as more literal than symbolic. Heaven will be the place where life will be lived to the full, in the way that the designer planned, each believer "loving the Lord their God with all their heart and with all their soul and with all their mind" and "loving their neighbour as themselves" (cf. Matthew 22:37-40, also known as the Great Commandment)—a place of great joy, without the negative aspects of present earthly life.

Sabtu, 19 Mei 2012


Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal.Roh Kudus (dalam bahasa Ibrani רוח הקודש Ruah haqodesh) hanya dipercayai oleh umat Kristiani dan adalah Pribadi penolong yang memimpin kita, dalam bentuk Roh (pneuma bhs. Yunani: πνεύμα) yang dijanjikan oleh Yesus sebelum kenaikan-Nya ke surga

Roh Kudus di dalam Alkitab

Orang Kristen percaya bahwa Roh Kuduslah yang menyebabkan orang percaya kepada Yesus. Dia pulalah yang memampukan mereka menjalani hidup Kristen. Roh tinggal di dalam diri setiap orang Kristen sejati. Setiap tubuh orang Kristen adalah Bait Suci tempat tinggal Roh (1 Korintus 3:16). Roh Kudus digambarkan sebagai 'Penghibur' atau 'Penolong' (paracletus dalam bahasa Latin, yang berasal dari bahasa Yunani, parakletos), dan memimpin mereka dalam jalan kebenaran. Karya Roh di dalam kehidupan seseorang dipercayai akan memberikan hasil-hasil yang positif, yang dikenal sebagai Buah Roh.
Rasul Paulus mengajarkan bahwa seorang pengikut Kristus haruslah dapat dikenali melalui buah Roh, yaitu kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri (Galatia 5:22-23).
Orang Kristen juga percaya bahwa Roh Kudus jugalah yang memberikan karunia-karunia (kemampuan) khusus kepada orang Kristen, yang antara lain meliputi karunia-karunia karismatik seperti nubuat, berbahasa Roh, menyembuhkan, dan pengetahuan.
Orang Kristen arus utama yang berpandangan sesasionisme percaya bahwa karunia-karunia ini hanya diberikan pada masa Perjanjian Baru. Orang Kristen percaya hampir secara universal bahwa "karunia-karunia roh" yang lebih duniawi masih berfungsi pada masa kini, antara lain karunia pelayanan, mengajar, memberi, memimpin, dan kemurahan (lih. mis. Roma 12:6-8). Dalam sekte-sekte Kristen tertentu, pengalaman Roh Kudus digambarkan sebagai "pengurapan". Di kalangan gereja-gereja Afrika-Amerika, pengalaman bersama Roh Kudus digambarkan sebagai suatu "kesukacitaan".
Orang Kristen percaya bahwa Roh Kuduslah yang dimaksudkan Yesus ketika ia menjanjikan "Penghibur" (artinya, "yang memberikan kekuatan) dalam Yohanes 14:26. Setelah kebangkitan, Yesus berkata kepada murid-muridnya bahwa mereka akan "membaptiskan dengan Roh Kudus", dan akan menerima kuasa untuk peristiwa itu (Kisah 1:4-8). Janji ini digenapi dalam peristiwa-peristiwa yang dilaporkan dalam Kisah ps. 2.
Pencurahan Roh Kudus terjadi pada hari Pentakosta, sepuluh hari setelah kenaikan Yesus ke surga atau lima puluh hari setelah peristiwa kebangkitan Yesus dari kematian. Peristiwa ini terjadi di Yerusalem pada sebuah ruang atas. Angin yang keras bertiup, lalu lidah-lidah api tampak di atas kepala para murid Yesus. Banyak orang yang kemudian mendengar para murid itu berbicara, masing-masing dalam bermacam-macam bahasa. Menurut Alkitab, murid-murid Yesus pada hari mereka menerima Roh Kudus mampu mempertobatkan tiga ribu jiwa. Masing-masing memberi dirinya dibaptis (Kitab Kisah Para Rasul pasal 2).
Dalam Injil Yohanes, penekanannya tidaklah terutama pada apa yang dilakukan oleh Roh Kudus bagi Yesus, melainkan pada kisah penganugerahan Roh kepada murid-muridnya. Kristologi "tinggi" ini, yang paling berpengaruh dalam perkembangan doktrin Trinitarian yang belakangan, memandang Yesus sebagai domba kurban. Ia telah datang di antara manusia untuk menganuerahkan Roh Allah kepada umat manusia.
Meskipun bahasa yang digunakan untuk melukiskan bagaimana Yesus menerima Roh di dalam Injil Yohanes paralel dengan laporan-laporan di dalam ketiga Injil yang lainnya, Yohanes mengisahkan kejadian ini dengan maksud untuk memperlihatkan bahwa Yesus secara khusus memiliki Roh dengan tujuan menganugerahkan Roh itu kepada para pengikutnya, mempersatukan mereka dengan dirinya, dan di dalam dia juga mempersatukan mereka dengan Bapa. (Lihat Raymond Brown, "The Gospel According to John", bab tentang Pneumatology). Dalam Yohanes, karunia Roh itu sama dengan kehidupan yang kekal, pengetahuan tentang Allah, kuasa untuk menaati, dan persekutuan satu dengan yang lainnya dan dengan Sang Bapa

Pentakostalisme

Gerakan Kristen yang disebut Pentakostalisme memperoleh namanya dari peristiwa Pentakosta, yaitu pencurahan Roh Kudus ketika murid-murid Yesus berkumpul di Yerusalem.
Gerakan Pentakostal memberikan penekanan khusus terhadap Roh Kudus, dan percaya bahwa Roh Kudus masih dicurahkan hingga sekarang. Banyak penganut Pentakosta yang percaya akan Baptisan Roh Kudus, yang diartikan sebagai peristiwa di mana kuasa Roh diterima oleh orang Kristen dalam cara yang baru. Dalam hal ini orang tersebut dimampukan untuk membuat tanda-tanda, mujizat dan hal-hal ajaib lainnya yang dimaksudkan untuk pemberitaan Injil. Banyak pemeluk Pentakosta yang juga percaya bahwa sebuah tanda yang jelas tentang pemberian karunia ini (baptisan Roh) adalah kemampuan untuk berbicara dalam bahasa roh.